Hubungan kompleks dalam komunikasi manusia tidak dibangun dalam sekejap mata saja, perlu banyak sekali proses seperti perkenalan, masuk ke lingkungan baru dan lain-lain yang tidak akan menjadi subjek pembahasan kali ini. Penulis pada artikel ini akan membahas mengenai bagaimana sebuah jaringan yang mengalami difusi atau bisa disebut propagation, faktor apa saja yang mempengaruhinya dan skenario apa yang dapat mewakili visualisasi dari hal tersebut. Selain itu akan dibahas juga mengenai bagaimana sebuah informasi tersebar luas dalam jaringan komunikasi dan seperti apa skenarionya ??
What is Diffusion?
Dalam kehidupan sehari-hari kita mungkin kurang sering mendengar kata ‘difusi’, namun sejatinya difusi merupakan suatu proses distribusi / penyebaran dari sebuah konten dalam suatu jaringan. Ketika terdengar sebuah kata ‘difusi’ hal yang mungkin paling dekat dengan kita adalah proses penggabungan dua hal yang benar-benar berbeda menjadi satu, hal ini tidak sepenuhnya akurat. Difusi dalam sebuah jaringan dapat digambarkan dengan adanya distribusi suatu konten seperti informasi dan produk dari satu node ke node lain dalam satu jaringan komunitas / cluster maupun distribusi ke arah luar dari cluster tersebut.
Difusi bukanlah sebuah proses sederhana dimana seorang individu dengan mudahnya menyebarkan suatu konten yang dimiliki, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya dan akan dibahas pada bagian lain di artikel ini. Pada pelaksanaannya, proses difusi memiliki dua output yaitu acceptance / agreement atau ignorance / denial bagi individu-individu yang terpapar proses ini. Pada acceptance individu menerima konten yang disebarkan karena ia merasa konten tersebut memiliki suatu manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung atau karena konten tersebut relate dengan dirinya. Acceptance yang dilakukan oleh individu dapat ditunjukkan melalui rasa senang dan melanjutkan konten tersebut ke individu lain dengan harapan bahwa mereka akan mendapat manfaat seperti yang telah ia dapatkan.
Sedangkan pada ignorance / denial merupakan bentuk penolakan terhadap konten yang disebarkan, hal ini pun bisa terjadi karena beberapa hal seperti konten yang bertentangan dengan prinsip individu tersebut atau hanya karena mereka secara sederhana hanya tidak menyukainya saja karena tidak termasuk ke dalam preferensi individu tersebut. Hal ini dapat diindikasikan dengan adanya pernyataan tidak setuju, hujatan atau perilaku untuk tidak meneruskan konten tersebut karena ia merasa tidak akan membawa manfaat untuk individu lainnya.
Contoh sederhana yang dapat digunakan untuk memberi visualiasi ini adalah ketika Anda sebagai seorang komponis dan penulis lagu mempublikasikan lagu pertama Anda. Hal pertama yang Anda lakukan mungkin hanya sebatas mengunggah video atau lirik lagu tersebut ke akun media sosial Anda untuk ditunjukkan pada teman-teman Anda atau melakukan konser mini di taman. Respon yang diberikan pun akan beragam, ada yang menyukainya dan ada yang menganggapnya biasa saja atau bahkan tidak menyukainya. Bagi orang-orang yang menerima bahwa lagu Anda memberikan manfaat, maka lagu Anda akan terus didengungkan untuk relasi-relasi mereka seperti teman atau keluarga. Sementara bagi mereka yang merasa lagu Anda biasa saja akan bereaksi dengan tidak meneruskan informasi mengenai lagu Anda kepada relasi mereka bahkan menghujat karya Anda.
Sehingga dalam waktu yang cukup singkat Anda akan mengetahui apakah Anda menjadi bintang selanjutnya atau perlu menulis lagu yang lain akibat penolakan yang mungkin terjadi oleh pendengar lagu Anda.
Diffusion vs Dissemination
Secara bahasa sebuah difusi dan diseminasi adalah sama yaitu proses distibusi / penyebaran akan sesuatu dalam jaringan. Namun pada artikel ini penulis ingin memberikan pandangan baru bahwa proses distribusi konten diantara difusi dan diseminasi itu berbeda. Difusi adalah penyebaran konten dalam suatu jaringan yang terjadi secara spontan karena adanya kecocokan / acceptance yang disebabkan oleh preferensi individu. Dapat dilihat pada contoh skenario di atas dimana orang-orang yang meneruskan konten / hal yang dirasa memberikan manfaat bagi diri mereka. Sementara diseminasi adalah penyebaran konten dalam suatu jaringan yang direncakanan sehingga menghasilkan suatu penyebaran yang lebih terarah dan cenderung tepat sasaran. Sebuah perbedaan sederhana antara kedua hal ini adalah difusi terjadi secara spontan karena adanya preferensi individu, dan diseminasi adalah difusi yang direncanakan terlebih dahulu.
Mari perhatikan skenario diseminasi berikut untuk dapat lebih memahami maksud penulis pada paragraf sebelumnya.
Sebuah perusahaan / organisasi bisnis pasti memiliki sebuah regulasi untuk mengatur kegiatan operasionalnya. Ketika diterbitkan sebuah regulasi baru seperti kenaikan gaji sebesar 5% untuk setiap tahun pengabdian karyawan pada perusahaan atau seluruh karyawan di perusahaan harus mengenakan kaos pada hari jumat, maka manajemen pusat membuat surat edaran yang akan disebarkan melalui jajaran organisasi dimulai dari manajer lini pertama seperti supervisor dan kepala departemen hingga berakhir di staff departemen. Sehingga tiap karyawan akan mendapati informasi tersebut dan menerapkan regulasi tersebut pada periode waktu yang ditentukan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa persebaran informasi dilakukan secara terencana dan terstruktur sehingga setiap orang dalam jaringan kantor / organisasi bisnis tersebut mendapatkan konten informasi dan menerapkannya. Sedikit berbeda dengan difusi dimana konten informasi diserahkan begitu saja kepada jaringan dan tidak mengarahkan distribusinya, hal ini tentu akan sangat mudah untuk sesuatu yang viral namun cukup sulit untuk sesuatu yang bersifat formal.
Factors influencing Network Diffusion
Dalam proses terjadinya difusi terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi output dari distribusi konten tersebut sehingga distribusi terjadi secara parsial dan tidak menyeluruh karena berhenti pada suatu titik. Faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah,
- Kekuatan hubungan / strength of ties
Hubungan antar nodes dalam suatu jaringan mempengaruhi output dari difusi karena ketika terjadi hubungan yang kuat antar beberapa nodes akan cenderung terbentuk sebuah komunitas / kelompok kecil bernama cluster, ketika banyak terdapat cluster dalam jaringan maka proses difusi akan cenderung terhambat karena terjadinya Silo Effect.
Contoh yang dapat diambil adalah pada saat terjadi kelangkaan makanan, ketika salah satu dari anggota keluarga inti (ayah, ibu, anak) mendapat info bahwa terdapat persediaan makanan maka secara naluri mereka akan menyimpannya untuk keluarga mereka sendiri tanpa memberitahu kepada orang lain. Hal ini secara alamiah terjadi, dan dapat dilihat ketika hanya satu orang saja yang tahu maka ia cenderung untuk tidak menyebarkannya kecuali untuk orang lain dengan hubungan yang kuat (strong ties) seperti keluarga inti atau orang tercinta.
- Topologi jaringan / network topology
Dalam sebuah jaringan terdapat karakteristik seperti degree distribution dan overall degree of connectivity yang dapat mempengaruhi proses difusi, hal ini berkaitan pula dengan keberadaan strong ties dan weak ties dalam jaringan. Sebuah hub memiliki nilai degree of distribution yang tinggi karena ia memiliki banyak koneksi, namun sifat koneksi ini lemah / weak ties yang sifatnya berbanding terbalik dengan strong ties. Keberadaan hub akan membuat difusi mengalami percepatan karena besarnya nilai reach dari sebuah hub.
Seperti keberadaan seorang influencer yang membantu menyebarkan himbauan untuk tetap berada di rumah dan mematuhi pelaksanaan social distancing. Pemerintah tidak perlu menghubungi satu per satu warganya namun cukup menghubungi beberapa tokoh publik seperti artis atau influencer untuk menyampaikan himbauan social distancing sesuai dengan gaya mereka maka informasi tersebut akan tersebar dengan cepat karena rata-rata tokoh publik memiliki follower sedikitnya 5000 akun pada platform media sosial mereka sehingga reach dari informasi ini akan sangat jauh dengan melewati hanya satu akun tokoh publik. Dapat dibayangkan bagaimana ketika mereka bekerja sama dan membentuk tim untuk menyebarkan himbauan tersebut, tentunya akan lebih terdengar di masyarakat luas.
- Infectiousness
Adalah pengukuran sifat dari konten yang disebarkan, apakah konten tersebut mudah tersebar atau tidak. Hal ini memiliki bobot yang cukup besar karena menurut penulis, ketika konten yang disebarkan dalam jaringan tidak memiliki sifat tersebut maka difusi tidak akan terjadi. Infectiousness secara sederhana dapat dilihat dari tingkat penerimaan beberapa individu, ketika tingkat penerimaan besar maka hampir dapat dipastikan individu yang telah terpapar konten tersebut akan meneruskannya kepada individu lain tanpa adanya himbauan atau paksaan. Sebaliknya ketika tingkat penerimaan kecil, maka difusi tidak akan terjadi.
Hal ini dapat dikorelasikan dengan konten yang viral atau trend dimana kedua hal tersebut memiliki infectiousness yang tinggi, dapat dilihat ketika ada informasi bahwa pandemi covid-19 memasuki Indonesia maka informasi ini langsung menjadi laman utama pada berita dan viral karena tersebar secara luas dengan waktu yang pendek. Dalam kasus informasi yang tersebar ini sebenarnya bagus karena seharusnya terdapat waktu untuk masyarakat merespon dan melakukan tindakan antisipasi seperti membuat gel antiseptik secara mandiri.
Strong tie – Weak tie – Intermediate tie
Penulis sempat menyinggung bagian ini pada faktor yang mempengaruhi difusi di atas. Dalam narasi itu penulis menjelaskan bahwa strong tie menyebabkan terjadinya klusterisasi / pengelompokan individu yang dapat menghambat difusi, sementara weak ties mendorong bahkan mempercepat terjadinya difusi. Pada bagian ini penulis ingin menjelaskan keberadaan strength of ties yang ketiga yaitu intermediate ties. Namun sebelumnya, penulis ingin memaparkan kegunaan dari strong ties dan weak ties terlebih dahulu.
Dalam praktiknya strong ties terbentuk dari intensitas komunikasi atau kontak yang tinggi, sebelumnya penulis telah menjelaskan sisi negatif dari hal ini. Akan tetapi, terdapat sisi positif bahwa strong ties berguna dalam mempertahankan hubungan antar individu dan ketika hal ini tidak ada dalam sebuah jaringan maka tidak akan ada sebuah komunitas yang solid. Perlu dipahami bahwa tim yang bekerja dengan baik adalah tim yang solid. Walaupun ketika hubungan ini dihilangkan tetap akan ada sebuah jaringan, namun itu adalah jaringan yang rawan untuk rusak.
Sementara weak ties dibutuhkan dalam jaringan untuk menjaga keseluruhan struktur jaringan, dapat dibayangkan sebagai hubungan antar kompetitor bisnis. Dalam hal ini diambil contoh dari dua kedai kopi, mereka mungkin memiliki suatu komunitas yang membawahi bisnis mereka. Namun, ‘jarak’ dalam hal ini dibutuhkan untuk terjadinya keunggulan kompetisi dan mendorong terjadinya inovasi. Ketika kita menganggap kompetitor sebagai keluarga, maka hasil yang didapat adalah tidak adanya dorongan untuk melakukan inovasi karena kompetisi untuk mendapat laba hilang. Dalam skenario terburuknya adalah kedua kedai bangkrut karena tidak bisa mengikuti perubahan permintaan pelanggan yang menuntut adanya inovasi produk.
Intermediate ties adalah jenis hubungan yang paling cocok untuk digunakan dalam proses difusi, karena dalam hubungan ini frekuensi interaksi terjadi dalam taraf yang cukup untuk mengantarkan konten ke individu berikutnya. Hubungan ini dapat digambarkan sebagai pihak yang netral dan menjadi penengah antara dua kubu yang berseteru seperti Hakim yang menjadi penengah dan pengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah.
Cascade and Threshold in Complex Contagion
Cascade dapat diartikan sebagai aliran yang membawa suatu konten dalam jaringan, sementara threshold merupakan pembatas yang membedakan dua kejadian yang berbeda atau dalam hal ini nilai pembatas yang menentukan terjadinya perubahan atau tidak. Dalam complex contagion ini penularan atau influensi berasal lebih dari satu sumber, hal inilah yang menyebabkan adanya sebuah threshold.
Salah satu skenario yang dapat diambil adalah pada saat muncul berita adanya bibit padi yang unggul di komunitas petani yang berjumlah 100 orang, tidak semua petani akan langsung mengadopsi penggunaan bibit padi tersebut. Diasumsikan hanya 10 orang saja yang menggunakan bibit unggul tersebut, ketika musim panen tiba pada periode berikutnya didapatkan hasil yang melimpah oleh 10 petani yang mencoba bibit unggul tersebut. Seketika itu, 25 orang petani lainnya membeli bibit unggul karena memiliki asumsi bahwa akan didapatkan hasil panen melimpah yang sama untuk mereka pada periode panen berikutnya.
Terbukti pada musim panen ketiga bahwa pendapatan dari 35 orang yang menanam bibit unggul naik secara drastis karena sifat bibit mereka yang lebih tahan hama sehingga memerlukan biaya perawatan yang lebih sedikit. Pada titik ini, pengguna bibit unggul bertambah 25 orang menjadi 60 orang petani yang menggunakan bibit unggul. Proses ini berulang hingga tersisa 5 petani saja yang tetap memilih bibit lama untuk ditanam.
Pada dua paragraf skenario di atas sebenarnya sedang menggambarkan proses difusi inovasi, dalam prosesnya terdapat 5 pihak yaitu innovator (penemu bibit unggul), early adopter (10 petani pertama), early majority (25 petani berikutnya), late majority (60 petani pada musim panen ketiga dan empat), laggards (5 petani terakhir yang menolak memakai bibit unggul). Dari skenario di atas, dapat dilihat bahwa aliran (cascade) dari penggunaan bibit unggul tidak secara langsung mencapai lahan dari 100 petani melainkan terdapat tahapan. Threshold adalah yang membatasi tiap tahapan tersebut yang dalam hal ini adalah nilai pendapatan yang bertambah, pada periode panen pertama setelah ada 10 petani yang mencoba bibit unggul dan mendapat hasil yang melimpah dan kenaikan pendapatan. Maka ada 25 petani yang langsung menggunakan bibit unggul, dan seterusnya.
Disini penulis mencoba menunjukkan dibutuhkan sebuah validasi manfaat bagi beberapa orang yang ingin menghindari resiko yang dalam skenarion ini adalah terjadi gagal panen. Dan taraf validasi untuk tiap individu relatif tidak sama, dibutuhkan validasi yang cukup lama bagi kelompok late majority untuk ikut mengadopsi penggunaan bibit unggul dibanding kelompok early adopter.
Dari penjelasan penulis di atas dapat dipahami bahwa dalam suatu jaringan kompleks, proses difusi tidak terjadi dan menyebar begitu saja hingga tercapainya suatu threshold yang memungkinkan perubahan tindakan untuk terjadi.
Lesson from a Cascade (Information Cascade)
Dalam skenario pada bagian sebelumnya penulis telah membeberkan bagaimana sebuah aliran konten (cascade) yang ada dalam sebuah jaringan komunitas petani menyebar secara perlahan dan bertahap. Dalam skenario tersebut dapat dilihat bahwa kelompok petani early majority memutuskan untuk mengadopsi penggunaan bibit unggul setelah melihat adanya manfaat yang dirasakan oleh kelompok early adopter berupa hasil panen yang melimpah. Manfaat yang dirasakan oleh kelompok early adopter merupakan direct benefit karena dapat dirasakan secara langsung oleh masing-masing dari mereka dan hal ini segera menjadi acuan bagi petani-petani lain yang ingin mendapatkan manfaat yang sama yaitu hasil panen melimpah.
Informasi yang tersebar bahwa penggunaan bibit unggul tersebut berhasil merupakan sebuah informational benefit bagi petani-petani yang belum mengadopsi penggunaan bibit unggul, sehingga mereka mulai menggunakan bibit unggul untuk mendapatkan direct benefit. Perbedaan sederhana dari kedua jenis manfaat tersebut adalah informational benefit tidak akan menjadi sebuah direct benefit ketika keputusan yang dibuat tidak mengarah untuk mendapatka direct benefit karena informasi hanya informasi tanpa adanya aksi yang berarti.
Namun, perlu diketahui bahwa aliran konten (cascade) ini memiliki karakteristik yaitu rapuh. Cascade seringkali dimulai dari sebuah informasi yang relatif pendek dan tidak susah untuk dipahami sehingga mudah untuk tersebar, namun ketika ada sebuah informasi superior atau threshold yang tidak dapat ditembus olehnya maka cascade akan berhenti. Threshold yang tidak dapat ditembus oleh cascade dapat disebabkan oleh adanya high density dalam jaringan atau komunitas / cluster karena keberadaan strong tie yang dapat mempengaruhi untuk tidak menerima cascade yang berusaha untuk masuk.
Summary
Difusi jaringan merupakan proses distribusi suatu konten pada sebuah jaringan yang dipengaruhi oleh topologi jaringan, kekuatan hubungan serta tingkat penularan (infectiousness) dari konten tersebut. Dalam menyebarkan informasi dibutuhkan hubungan intermediate ties karena dapat menjaga keutuhan struktur jaringan dengan tetap menjaga solidaritas komunitas di dalam jaringannya. Proses difusi tidak terjadi secara sederhana, untuk melakukan perubahan dibutuhkan cascade yang mencapai nilai tertentu dari sebuah threshold sehingga perubahan sebagai dampak dari difusi dapat terjadi. Cascade terkuat sekalipun akan berhenti ketika nilai threshold lebih besar dari cascade tersebut.
Demikian pembahasan penulis yang dapat disampaikan dalam artikel ini, penulis ingin berterimakasih atas kesediaannya untuk membaca dan dengan hati terbuka mengharapkan adanya kritik dan saran dari audiens. Sehingga penulis dapat berkaca dan melihat kesalahan yang mungkin terjadi pada artikel ini. Penulis juga memohon maaf apabila terdapat kata-kata yang menyinggung segenap pihak tanpa disengaja.
Referensi penulis :